Home » , , » Ilmu Pengetahuan VS Kebenaran

Ilmu Pengetahuan VS Kebenaran

Written By Unknown on Sabtu, 22 November 2014 | 09.25

Ilmu Pengetahuan VS Kebenaran
Berikut ini kisah tentang Ilmu Pengetahuan dan kebenaran di jaman dahulu yang di alami oleh para Ilmuan Eropa. Copernicus, penemu teori “Matahari-Sentris” sangat ditentang kala itu, khususnya oleh kalangan gereja yang meyakini kebenaran “Bumi-Sentris.” Pada 1609, Galileo, sang penemu teleskop, mendukung teori Copernicus. Melalui teleskopnya, ia melihat Saturnus yang dilingkari gelang-gelang satelitnya. Tahulah ia bahwa ada empat buah planet yang berputar-putar mengelilingi benda langit tersebut. Selanjutnya penelitian itu beralih ke Planet Venus. Itu merupakan bukti paling penting yang mengukuhkan teori Copernicus bahwa bumi dan semua planet lainnya berputar mengelilingi matahari. Khazanah keteraturan jagad raya seperti yang dilihat Galileo dan Copernicus telah ada dalam Al-Qur’an, 1400 tahun lalu, dan isinya adalah sebagai berikut.

“Ia-lah yang menjadikan matahari bersinar, dan bulan bercahaya, (Ia-lah yang) menentukan manzilah-manzilah baginya, supaya kamu tahu jumlah tahun dan perhitungan (waktu). Tiada Allah menciptakan ini, kecuali dengan sebenarnya. (Demikianlah) Ia menjelaskan tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang yang mengetahui.” QS Yunus (Nabi Yunus) 10:5

Sementara itu, dukungan Galileo terhadap teori Copernicus menyebabkan dirinya harus berhadapan dengan kalangan gereja yang menentangnya habis-habisan. Penentangan gereja itu mencapai puncaknya pada 1616. Galileo diperintahkan untuk menahan diri dari menyebarkan hipotesis Copernicus. Galileo merasa terjepit selama bertahun-tahun.33 Baru sesudah Paus meninggal dunia pada 1623, dia (Paus) digantikan oleh orang yang mengagumi Galileo. Paus baru itu, Urban VIII, memberi pertanda, walau samar-samar, bahwa larangan terhadap Galileo tidak lagi diteruskan.

Enam tahun berikutnya, Galileo menyusun karya ilmiahnya, Dialog tentang Dua Sistem Penting Dunia. Lagi-lagi, penguasa-penguasa gereja menanggapinya dengan berang tatkala buku itu terbit. Galileo langsung diseret ke muka Pengadilan Agama Roma. Hukuman lain terhadapnya hanyalah sebuah permintaan agar ia secara terbuka mencabut kembali pendapatnya bahwa bumi berputar mengelilingi matahari. Ilmuwan berusia 69 tahun itu terpaksa melaksanakannya di hadapan pengadilan terbuka. Namun, ia menunduk ke bumi dan berbisik pelan, “Tengoklah ia (bumi ini) masih terus bergerak.” Galileo meninggal pada 1642.

Kisah di atas kiranya bisa menggambarkan bahwa terkadang suatu kebenaran atas ilmu pengetahuan sering ditutup-tutupi, untuk melindungi kepentingan diri sendiri atau golongan tertentu. Kejadian seperti itu tidak hanya terjadi pada skala besar seperti penemuan Copernicus atau Galileo, tetapi sering juga muncul untuk suatu hal yang skalanya mungkin lebih kecil.

Melalui mekanisme yang jelas dan terarah, prinsip keilmuan yang ada dalam pikiran kita akan selalu terasah. Ingatlah, ilmu bergerak dari pembenaran dan sanggahan, berdasarkan logika dan bukti-bukti nyata. Kalau itu terjadi, kita mampu menjadi sosok manusia yang tidak saja pekerja keras dan berprestasi, namun juga mampu mencari “karunia Allah” yang bertebaran di muka bumi (QS 62:10). Ia mampu menilai sesuatu, mengambil keputusan secara obyektif berdasarkan prinsip fitrah yang abadi dan Al-Qur’an, bukan semata karena pengaruh dan tuntutan lingkungannya.

“Demikianlah kamu ini (wahai ahli Al Kitab)! Kamu telah bantah-membantah tentang sesuatu yang kamu tahu, Tapi mengapa kamu (sekarang) bantah-membantah tentang hal-hal yang tiada kamu tahu?” QS Ali ‘Imran (Keluarga ‘Imran) 3:66

Dikutip dari Buku "Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual" ESQ
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

Donasi


 
Copyright © 2013. Ikatan Alumni MTs Muhammadiyah 05 Tamansari - All Rights Reserved
Template by Creating Website - Developed by Darmanto